Halo Sahabat lingkungan, kali ini admin ingin membagikan informasi terkait Kenaikan Harga Pangan dan Kaitannya dengan KLHS sebagai Instrumen Pengelolaan Lingkungan
Dalam beberapa waktu terakhir, Indonesia menghadapi tantangan signifikan terkait dengan kenaikan harga beras, sebuah komoditas pokok yang menyentuh hampir setiap aspek kehidupan masyarakat. Peristiwa ini tidak hanya menggugah kekhawatiran mengenai stabilitas ekonomi rumah tangga, tetapi juga menimbulkan pertanyaan mendalam tentang ketahanan pangan nasional di tengah perubahan iklim global yang semakin tak terprediksi.
Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada kenaikan harga beras adalah fenomena perubahan iklim, termasuk dampak langsung dari El Niño, yang menyebabkan pola cuaca ekstrem. Kekeringan dan banjir yang tidak teratur mengganggu siklus tanam, mengurangi hasil panen, dan pada akhirnya mempengaruhi pasokan beras ke pasar. Dengan produksi yang terhambat, harga beras pun merangkak naik, mencerminkan tekanan yang diberikan oleh alam kepada kita.
Di tengah perubahan iklim yang mempengaruhi produksi pangan, konsep daya dukung dan daya tampung alam menjadi sangat relevan. Alam, dengan segala sumber daya dan kemampuannya, memiliki batas dalam mendukung kehidupan dan produksi pangan. Daya dukung alam merujuk pada kemampuan lingkungan untuk menyokong kehidupan tanpa mengalami degradasi, sementara daya tampung pangan berkaitan dengan kapasitas alam untuk menyediakan kebutuhan pangan yang cukup bagi populasi. Dengan semakin terbatasnya daya dukung dan daya tampung pangan karena perubahan iklim, tantangan untuk mempertahankan ketersediaan dan aksesibilitas beras bagi seluruh masyarakat Indonesia menjadi semakin berat.
Pentingnya daya dukung dan daya tampung pangan dalam konteks ini tidak hanya relevan secara teoritis, tetapi juga praktis, terutama dalam perencanaan dan implementasi kebijakan. Dalam kerangka Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), prinsip-prinsip ini diintegrasikan ke dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan. KLHS membantu pemerintah dan pemangku kepentingan untuk menilai, merencanakan, dan mengimplementasikan kebijakan yang tidak hanya memperhatikan kebutuhan ekonomi dan sosial, tetapi juga kapasitas dan keterbatasan lingkungan. Dengan demikian, daya dukung dan daya tampung pangan menjadi elemen kunci dalam mengatasi kenaikan harga beras, dengan menjamin bahwa produksi dan distribusi pangan dapat berlangsung secara berkelanjutan tanpa merusak keseimbangan alam.
Kenaikan harga beras di Indonesia adalah peringatan bahwa hubungan antara manusia dan alam adalah simbiosis yang rapuh. Perubahan iklim dan fenomena El Niño adalah realitas yang harus dihadapi dengan serius, memerlukan tindakan kolektif dan kebijakan yang berbasis pada pemahaman mendalam tentang daya dukung dan daya tampung alam. Dengan mengakui batasan alam dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, Indonesia dapat menavigasi tantangan ketahanan pangan saat ini dan masa depan, memastikan bahwa beras, sebagai nadi perekonomian dan kehidupan, tetap terjangkau dan tersedia bagi semua lapisan masyarakat. Untuk memahami bagaimana caranya KLHS menjadi instrumen yang menjamin keberlanjutan pangan, sahabat dapat mengikuti pelatihan EcoEdu terkait Kajian Lingkungan Hidup Strategis